topbella

Rabu, 20 Juni 2012

Aku Hanya Ingin Memelukmu

           Aku Hanya Ingin Memelukmu






Aku hanya ingin memelukmu, sayangg...
Bersembunyi di balik malam, di belakang penyangkalan, bersebelahan bersama penyamaran
Aku hanya ingin memelukmu, cinta....
Menyerahkan keletihan akan data-data sepanjang hari kepada pengakuan.. Membutuhkanmu pada sore harinya menjelang malam
Kemudian menarik kesimpulan, jika tak bernafas lagi atau tak bersamamu adalah yang lebih baik
dari aku yang butuh memelukmu sekarang
atau nanti sesempatmu, sayang.
Tidak adakah lagi waktu sedikit, kita duduk berdampingan melawan terpaan angin, mengumpulkan asumsi-asumsi saling memiliki
dan kembali lagi ke keinginanku untuk memelukmu..

Haruskah saling memiliki untuk berpelukan, syg?
Atau hanya aku yang bermimpi bisa bebas merengkuhmu?
Bersandar di dada menyesap aroma kebebasan mencintaimu
Menikmati melodrama sakit karena luka berhati denganmu
Jika tidak, dekap aku selama kau mau, sebelum kita bersama pulang
Sebelum kau antar aku semakin dekat ke rumah, sebelum aku mendekati jarakku dari senyum hangatmu
Aku hanya ingin memelukmu, ... Barang sejenak terpulas dalam kenyamanan
Merasakan sebentar seperti apa memilikimu secara utuh dan keseluruhan
Untuk kusimpan mungkin selama ingatan.

Minggu, 14 Agustus 2011

Metode Penelitian Kualitatif

A. Pengantar

Dalam penelitian sosial, masalah penelitian, tema, topik, dan judul penelitian berbeda secara kualitatif maupun kuantitatif. Baik substansial maupun materil kedua penelitian itu berbeda berdasarkan filosofis dan metodologis. Masalah kuantitatif lebih umum memiliki wilayah yang luas, tingkat variasi yang kompleks namun berlokasi dipermukaan. Akan tetapi masalah-masalah kualitatif berwilayah pada ruang yang sempit dengan tingkat variasi yang rendah namun memiliki kedalaman bahasan yang tak terbatas.

Pendekatan kualitatif adalah suatu proses penelitian dan pemahaman yang berdasarkan pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah manusia. Pada pendekatan ini, peneliti membuat suatu gambaran kompleks, meneliti kata-kata, laporan terinci dari pandangan responden, dan melakukan studi pada situasi yang alami (Creswell, 1998:15). Bogdan dan Taylor (Moleong, 2007:3) mengemukakan bahwa metodologi kualitatif merupakan prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis maupun lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati.

Penelitian kualitatif dilakukan pada kondisi alamiah dan bersifat penemuan. Dalam penelitian kualitatif, peneliti adalah instrumen kunci. Oleh karena itu, peneliti harus memiliki bekal teori dan wawasan yang luas jadi bisa bertanya, menganalisis, dan mengkonstruksi obyek yang diteliti menjadi lebih jelas. Penelitian ini lebih menekankan pada makna dan terikat nilai. Penelitian kualitatif digunakan jika masalah belum jelas, untuk mengetahui makna yang tersembunyi, untuk memahami interaksi sosial, untuk mengembangkan teori, untuk memastikan kebenaran data, dan meneliti sejarah perkembangan.


B. Sistematika Penelitian Kualitatif
Judul
Abstrak
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Gambar
Bab I Pendahuluan
Konteks Penelitian
Fokus Kajian Penelitian
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitian
Bab II Perspektif Teoritis dan Kajian Pustaka
Bab III Metode Penelitian
Pendekatan
Batasan Istilah
Unit Analisis
Deskripsi Setting Penelitian
Pengumpulan Data
Analisis Data
Keabsahan data
Bab IV Hasil dan pembahasan
Bab VI Kesimpulan dan saran
Daftar pustaka
Lampiran


Penjelasan secara ringkas keseluruhan unsur yang ada dalam penelitian kualitatif, yaitu:

  1. Judul, singkat dan jelas serta mengisyaratkan fenomena dan fokus kajian penelitian. Penulisan judul sedapat mungkin menghindari berbagai tafsiran yang bermacam-macam dan tidak bias makna.
  2. Abstrak, ditulis sesingkat mungkin tetapi mencakup keseluruhan apa yang tertulis di dalam laporan penelitian. Abstrak penelitian selain sangat berguna untuk membantu pembaca memahami dengancepat hasil penelitian, juga dapat merangsang minat dan selera orang lain untuk membacanya.
  3. Perspektif teoritis dan kajian pustaka, perspektif teori menyajikan tentang teori yang digunakan sebagai perpektif baik dalam membantumerumuskan fokus kajian penelitian maupun dalam melakukan analisis data atau membahas temuan-temuan penelitian. Sementara kajian pustaka menyajikan tentang studi-studi terdahulu dalam konteks fenomena dan masalah yang sama atau serupa.
  4. Metode yang digunakan, menyajikan secara rinci metode yang digunakan dalam proses penelitian.
  5. Temuan–temauan penelitian, menyajikan seluruh temuan penelitian yang diorganisasikan secara rinci dan sistematis sesuai urutan pokok masalah atau fokus kajian penelitian. Temuan-temuan penelitian yang disajikan dalam laporan penelitian merupakan serangkaian fakta yang sudah direduksi secara cermat dan sistematis, dan bukan kesan selintas peneliti apalagi hasil karangan atau manipulasi peneliti itu sendiri.
  6. Analisis temuan– temuan penelitian. Hasil temuanmemrlukan pembahasan lebih lanjut dan penafsiran lebih dalam untuk menemukan makna di balik fakta. Dalam melakukan pembahasan terhadap temuan-temuan penelitian, peneliti harus kembali mencermati secara kritis dan hati-hati terhadap perspektif teoritis yang digunakan.

C. Jenis-jenis Penelitian Kualitatif
Penelitian kualitatif memiliki 5 jenis penelitian, yaitu:
1. Biografi
Penelitian biografi adalah studi tentang individu dan pengalamannya yang dituliskan kembali dengan mengumpulkan dokumen dan arsip-arsip. Tujuan penelitian ini adalah mengungkap turning point moment atau epipani yaitu pengalaman menarik yang sangat mempengaruhi atau mengubah hidup seseorang. Peneliti menginterpretasi subjek seperti subjek tersebut memposisikan dirinya sendiri.

2. Fenomenologi
Penelitian fenomenologi mencoba menjelaskan atau mengungkap makna konsep atau fenomena pengalaman yang didasari oleh kesadaran yang terjadi pada beberapa individu. Penelitian ini dilakukan dalam situasi yang alami, sehingga tidak ada batasan dalam memaknai atau memahami fenomena yang dikaji. Menurut Creswell (1998:54), Pendekatan fenomenologi menunda semua penilaian tentang sikap yang alami sampai ditemukan dasar tertentu. Penundaan ini biasa disebut epoche (jangka waktu). Konsep epoche adalah membedakan wilayah data (subjek) dengan interpretasi peneliti. Konsep epoche menjadi pusat dimana peneliti menyusun dan mengelompokkan dugaan awal tentang fenomena untuk mengerti tentang apa yang dikatakan oleh responden.

3. Grounded theory
Walaupun suatu studi pendekatan menekankan arti dari suatu pengalaman untuk sejumlah individu, tujuan pendekatan grounded theory adalah untuk menghasilkan atau menemukan suatu teori yang berhubungan dengan situasi tertentu . Situasi di mana individu saling berhubungan, bertindak, atau terlibat dalam suatu proses sebagai respon terhadap suatu peristiwa. Inti dari pendekatan grounded theory adalah pengembangan suatu teori yang berhubungan erat kepada konteks peristiwa dipelajari.

4. Etnografi
Etnografi adalah uraian dan penafsiran suatu budaya atau sistem kelompok sosial. peneliti menguji kelompok tersebut dan mempelajari pola perilaku, kebiasaan, dan cara hidup. Etnografi adalah sebuah proses dan hasil dari sebuah penelitian. Sebagai proses, etnografi melibatkan pengamatan yang cukup panjang terhadap suatu kelompok, dimana dalam pengamatan tersebut peneliti terlibat dalam keseharian hidup responden atau melalui wawancara satu per satu dengan anggota kelompok tersebut. Peneliti mempelajari arti atau makna dari setiap perilaku, bahasa, dan interaksi dalam kelompok.

5. Studi kasus
Penelitian studi kasus adalah studi yang mengeksplorasi suatu masalah dengan batasan terperinci, memiliki pengambilan data yang mendalam, dan menyertakan berbagai sumber informasi. Penelitian ini dibatasi oleh waktu dan tempat, dan kasus yang dipelajari berupa program, peristiwa, aktivitas, atau individu.

D. Metode Pengumpulan Data

Beberapa metode pengumpulan data dalam penelitian kualitatif, yaitu:

1. Wawancara
Wawancara merupakan alat re-cheking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Tehnik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in–depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara, di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan seorang peneliti saat mewawancarai responden adalah intonasi suara, kecepatan berbicara, sensitifitas pertanyaan, kontak mata, dan kepekaan nonverbal. Dalam mencari informasi, peneliti melakukan dua jenis wawancara, yaitu autoanamnesa (wawancara yang dilakukan dengan subjek atau responden) dan aloanamnesa (wawancara dengan keluarga responden). Beberapa tips saat melakukan wawancara adalah mulai dengan pertanyaan yang mudah, mulai dengan informasi fakta, hindari pertanyaan multiple, jangan menanyakan pertanyaan pribadi sebelum building raport, ulang kembali jawaban untuk klarifikasi, berikan kesan positif, dan kontrol emosi negatif.

2. Observasi
Beberapa informasi yang diperoleh dari hasil observasi adalah ruang (tempat), pelaku, kegiatan, objek, perbuatan, kejadian atau peristiwa, waktu, dan perasaan. Alasan peneliti melakukan observasi adalah untuk menyajikan gambaran realistik perilaku atau kejadian, untuk menjawab pertanyaan, untuk membantu mengerti perilaku manusia, dan untuk evaluasi yaitu melakukan pengukuran terhadap aspek tertentu melakukan umpan balik terhadap pengukuran tersebut.

Bungin (2007: 115) mengemukakan beberapa bentuk observasi yang dapat digunakan dalam penelitian kualitatif, yaitu observasi partisipasi, observasi tidak terstruktur, dan observasi kelompok tidak terstruktur.
  • Observasi partisipasi (participant observation) adalah metode pengumpulan data yang digunakan untuk menghimpun data penelitian melalui pengamatan dan pengindraan dimana observer atau peneliti benar-benar terlibat dalam keseharian responden.
  •  Observasi tidak berstruktur adalah observasi yang dilakukan tanpa menggunakan guide observasi. Pada observasi ini peneliti atau pengamat harus mampu mengembangkan daya pengamatannya dalam mengamati suatu objek.
  • Observasi kelompok adalah observasi yang dilakukan secara berkelompok terhadap suatu atau beberapa objek sekaligus.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam observasi adalah topografi, jumlah dan durasi, intensitas atau kekuatan respon, stimulus kontrol (kondisi dimana perilaku muncul), dan kualitas perilaku.

3. Dokumen
Sejumlah besar fakta dan data tersimpan dalam bahan yang berbentuk dokumentasi. Sebagian besar data yang tersedia adalah berbentuk surat-surat, catatan harian, cenderamata, laporan, artefak, foto, dan sebagainya. Sifat utama data ini tak terbatas pada ruang dan waktu sehingga memberi peluang kepada peneliti untuk mengetahui hal-hal yang pernah terjadi di waktu silam. Secara detail bahan dokumenter terbagi beberapa macam, yaitu otobiografi, surat-surat pribadi, buku atau catatan harian, memorial, klipping, dokumen pemerintah atau swasta, data di server dan flashdisk, data tersimpan di website, dan lain-lain.

4. Focus Group Discussion (FGD)
Focus Group Discussion (FGD) adalah teknik pengumpulan data yang umumnya dilakukan pada penelitian kualitatif dengan tujuan menemukan makna sebuah tema menurut pemahaman sebuah kelompok. Teknik ini digunakan untuk mengungkap pemaknaan dari suatu kalompok berdasarkan hasil diskusi yang terpusat pada suatu permasalahan tertentu. FGD juga dimaksudkan untuk menghindari pemaknaan yang salah dari seorang peneliti terhadap fokus masalah yang sedang diteliti.

E. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif di dasarkan pada pendekatan yang digunakan. Beberapa bentuk analisis data dalam penelitian kualitatif, yaitu:

1. Biografi
Langkah-langkah analisis data pada studi biografi, yaitu:
a. Mengorganisir file pengalaman objektif tentang hidup responden seperti tahap perjalanan hidup dan pengalaman. Tahap tersebut berupa tahap kanak-kanak, remaja, dewasa dan lansia yang ditulis secara kronologis atau seperti pengalaman pendidikan, pernikahan, dan pekerjaan.
b. Membaca keseluruhan kisah kemudian direduksi dan diberi kode.
c. Kisah yang didapatkan kemudian diatur secara kronologis.
d. Selanjutnya peneliti mengidentifikasi dan mengkaji makna kisah yang dipaparkan, serta mencari epipani dari kisah tersebut.
e. Peneliti juga melihat struktur untuk menjelaskan makna, seperti interaksi sosial didalam sebuah kelompok, budaya, ideologi, dan konteks sejarah, kemudian memberi interpretasi pada pengalaman hidup individu.
f. Kemudian, riwayat hidup responden di tulis dengan berbentuk narasi yang berfokus pada proses dalam hidup individu, teori yang berhubungan dengan pengalaman hidupnya dan keunikan hidup individu tersebut.

2. Fenomenologi
Langkah-langkah analisis data pada studi fenomenologi, yaitu:
a. Peneliti memulai mengorganisasikan semua data atau gambaran menyeluruh tentang fenomena pengalaman yang telah dikumpulkan.
b. Membaca data secara keseluruhan dan membuat catatan pinggir mengenai data yang dianggap penting kemudian melakukan pengkodean data.
c. Menemukan dan mengelompokkan makna pernyataan yang dirasakan oleh responden dengan melakukan horizonaliting yaitu setiap pernyataan pada awalnya diperlakukan memiliki nilai yang sama. Selanjutnya, pernyataan yang tidak relevan dengan topik dan pertanyaan maupun pernyataan yang bersifat repetitif atau tumpang tindih dihilangkan, sehingga yang tersisa hanya horizons (arti tekstural dan unsur pembentuk atau penyusun dari phenomenon yang tidak mengalami penyimpangan).
d. Pernyataan tersebut kemudian di kumpulkan ke dalam unit makna lalu ditulis gambaran tentang bagaimana pengalaman tersebut terjadi.
e. Selanjutnya peneliti mengembangkan uraian secara keseluruhan dari fenomena tersebut sehingga menemukan esensi dari fenomena tersebut. Kemudian mengembangkan textural description (mengenai fenomena yang terjadi pada responden) dan structural description (yang menjelaskan bagaimana fenomena itu terjadi).
f. Peneliti kemudian memberikan penjelasan secara naratif mengenai esensi dari fenomena yang diteliti dan mendapatkan makna pengalaman responden mengenai fenomena tersebut.
g. Membuat laporan pengalaman setiap partisipan. Setelah itu, gabungan dari gambaran tersebut ditulis.

3. Grounded theory
Langkah-langkah analisis data pada studi grounded theory, yaitu:
a. Mengorganisir data
b. Membaca keseluruhan informasi dan memberi kode.
c. Open coding, peneliti membentuk kategori informasi tentang peristiwa dipelajari.
d. Axial coding, peneliti mengidentifikasi suatu peristiwa, menyelidiki kondisi-kondisi yang menyebabkannya, mengidentifikasi setiap kondisi-kondisi, dan menggambarkan peristiwa tersebut.
e. Selective coding, peneliti mengidentifikasi suatu jalan cerita dan mengintegrasikan kategori di dalam model axial coding.
Selanjutnya peneliti boleh mengembangkan dan menggambarkan suatu acuan yang menerangkan keadaan sosial, sejarah, dan kondisi ekonomi yang mempengaruhi peristiwa.

4. Etnografi
Langkah-langkah analisis data pada studi etnografi, yaitu:
a. Mengorganisir file.
b. Membaca keseluruhan informasi dan memberi kode.
c. Menguraikan setting sosial dan peristiwa yang diteliti.
d. Menginterpretasi penemuan.
e. Menyajikan presentasi baratif berupa tabel, gambar, atau uraian.

5. Studi kasus
Langkah-langkah analisis data pada studi kasus, yaitu:
a. Mengorganisir informasi.
b. Membaca keseluruhan informasi dan memberi kode.
c. Membuat suatu uraian terperinci mengenai kasus dan konteksnya.
d. Peneliti menetapkan pola dan mencari hubungan antara beberapa kategori.
e. Selanjutnya peneliti melakukan interpretasi dan mengembangkan generalisasi natural dari kasus baik untuk peneliti maupun untuk penerapannya pada kasus yang lain.
f. Menyajikan secara naratif.

F. Keabsahan Data

Banyak hasil penelitian kualitatif diragukan kebenarannya karena beberapa hal, yaitu subjektivitas peneliti merupakan hal yang dominan dalam penelitian kualitatif, alat penelitian yang diandalkan adalah wawancara dan observasi mengandung banyak kelemahan ketika dilakukan secara terbuka dan apalagi tanpa kontrol, dan sumber data kualitatif yang kurang credible akan mempengaruhi hasil akurasi penelitian. Oleh karena itu, dibutuhkan beberapa cara menentukan keabsahan data, yaitu:

1. Kredibilitas
Apakah proses dan hasil penelitian dapat diterima atau dipercaya. Beberapa kriteria dalam menilai adalah lama penelitian, observasi yang detail, triangulasi, per debriefing, analisis kasus negatif, membandingkan dengan hasil penelitian lain, dan member check.
Cara memperoleh tingkat kepercayaan hasil penelitian, yaitu:
a. Memperpanjang masa pengamatan memungkinkan peningkatan derajat kepercayaan data yang dikumpulkan, bisa mempelajari kebudayaan dan dapat menguji informasi dari responden, dan untuk membangun kepercayaan para responden terhadap peneliti dan juga kepercayaan diri peneliti sendiri.
b. Pengamatan yang terus menerus, untuk menemukan ciri-ciri dan unsur-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan atau isu yang sedang diteliti, serta memusatkan diri pada hal-hal tersebut secara rinci.
c. Triangulasi, pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut.
d. Peer debriefing (membicarakannya dengan orang lain) yaitu mengekspos hasil sementara atau hasil akhir yang diperoleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan sejawat.
e. Mengadakan member check yaitu dengan menguji kemungkinan dugaan-dugaan yang berbeda dan mengembangkan pengujian-pengujian untuk mengecek analisis, dengan mengaplikasikannya pada data, serta denganmengajukan pertanyaan-pertanyaan tentang data.

2. Transferabilitas yaitu apakah hasil penelitian ini dapat diterapkan pada situasi yang lain.
3. Dependability yaitu apakah hasil penelitian mengacu pada kekonsistenan peneliti dalam mengumpulkan data, membentuk, dan menggunakan konsep-konsep ketika membuat interpretasi untuk menarik kesimpulan.
4. Konfirmabilitas yaitu apakah hasil penelitian dapat dibuktikan kebenarannya dimana hasil penelitian sesuai dengan data yang dikumpulkan dan dicantumkan dalam laporan lapangan. Hal ini dilakukan dengan membicarakan hasil penelitian dengan orang yang tidak ikut dan tidak berkepentingan dalam penelitian dengan tujuan agar hasil dapat lebih objektif.

G. Reliabilitas
Reliabilitas penelitian kualitatif dipengaruhi oleh definisi konsep yaitu suatu konsep dan definisi yang dirumuskan berbeda-beda menurut pengetahuan peneliti, metode pengumpulan dan analisis data, situasi dan kondisi sosial, status dan kedudukan peneliti dihadapan responden, serta hubungan peneliti dengan responden.(IAHS)

Daftar Pustaka
Bungin, B. 2007. Penelitian Kualitatif. Prenada Media Group: Jakarta.
Bungin, B. 2003. Analisis Data Penelitian Kualitatif. PT Rajagrafindo Persada: Jakarta.
Creswell, J. W. 1998. Qualitatif Inquiry and Research Design. Sage Publications, Inc: California.

Kamis, 21 Juli 2011

Bagaimana Berbicara dalam Bahasa Padang?

                                                Oleh : Sisilya
                                       Mahasiswi STIESIA Surabaya

Saya (sekarang) berpacaran dengan seorang lelaki asal Padang. Lahir di ranah Minang, tumbuh dalam dialek Padang, besar dalam pendar-pendar primordialisme khas remaja Padang. Praktis, saya cepat akrab dengan budaya Minang, sekalipun belum pernah menginjakkan kaki keluar dari jeruji-jeruji kesentrisan pulau Jawa. Lelaki saya yang berpuak Jambak ini, AFRIZAL, membuat saya cukup fasih bercerita dan berbicara dalam budaya dan bahasanya.

SAPAAN

Orang Padang (untuk juga menyebut semua orang di Sumatera Barat) biasanya menyapa dengan kalimat “Ba a kaba?” atau “Apo kaba?”

Contoh:
Ba a kaba? Lai aman-aman se? (Bagaimana kabarmu? Baik-baik saja kan?)

KATA GANTI SUBJEK

1. AkuUntuk percakapan dengan teman, yang sering dipakai adalah kata “Awak”. Untuk sebutan yang lebih kasar (biasanya percakapan santai antar para pria), bisa pakai kata “Aden” (kata ini haram untuk diucapkan wanita). Dalam lagu-lagu Minang tentang percintaan yang mendayu-dayu, mereka menyebut diri sendiri dengan kata “Denai”. Kata “Denai” kalau dalam bahasa Jawa mungkin kira-kira sama dengan “Sliraku”. Lebih halus. Bisa juga pakai “Ambo”, tapi jarang sekali digunakan.

Perempuan lebih sering menyebut namanya daripada memakai kata “Awak”. Kesannya memang agak kekanak-kanakan. Mereka biasanya menggunakan bagian akhir dari namanya. Sebagai contoh, perempuan Minang bernama Dina akan memakai “Na” yang diambil dari suku terakhir nama panggilannya untuk menyebut diri sendiri. Ia akan bilang: “Na sadang sibuk.” (Dina sedang sibuk). Lain lagi dengan perempuan bernama Asri yang akan bilang: “Iko baju I.” (Ini baju Asri).

2. Kamu

Orang Padang menyebut lawan bicara langsung dengan nama mereka. Jadi mungkin (setahu saya) tidak ada kata “Kamu” dalam bahasa ini. Saya merasakan kesan akrab dalam cara berkomunikasi seperti ini. Karena mau tidak mau mereka harus selalu hafal nama orang kan? Agak sulit bagi saya yang sulit mengingat nama orang. Dalam bahasa Padang yang lebih kasar, mereka mengganti kata “Kamu” dengan “Ang”. Contoh: “Manga ang ka siko?” (Kenapa kamu kesini?)

3. Dia = Inyo

4. Sebutan untuk perempuan yang lebih tua atau dihormati = Uni

5. Sebutan untuk pria yang lebih tua atau dihormati = Uda

PERTANYAAN

1. Apa = Apo, disingat A
2. Bagaimana = Bagaimano, disingkat Ba a
3. Berapa = Barapo, disingkat Bara
4. Dimana = Dimano, disingkat Dima
5. Darimana = Dari mano, disingkat Dari ma
6. Mana = Mano, disingkat Ma
7. Siapa = Siapo, disingat Sia
8. Kapan = Bilo
9. Mengapa = Mangapo, disingkat Manga
10. Kenapa = Dek a

Jadi kalau mau tanya “Bagaimana caranya?” bisa pakai “Ba a caronyo?” atau “Bagaimano caronyo?” Kata tanya yang disingkat lebih sering dipakai, terlebih dalam percakapan sehari-hari.

KATA PENUNJUK

1. Ini = Iko
2. Itu = Itu
3. Sini = Siko
4. Sana = Sinan
5. Situ = Situ


RUMUS BAHASA

Sebenarnya belajar bahasa Padang sangat mudah, karena banyak kata yang sama dengan bahasa Melayu versi Indonesia. Hanya saja kata-kata itu mengalami semacam penggubahan sesuai dialek mereka.

1. Pemakaian huruf O

Kalau Anda sering melihat film dan ada karakter orang Padang disitu, yang Anda paling ingat mungkin pemakaian huruf O yang kerap muncul. Bahasa Padang mengubah kata dalam bahasa Indonesia yang berakhiran A menjadi berakhiran O.

Contoh:
Cara = Caro
Belanja = Balanjo
Suka = Suko
Ada = Ado
Iya = Iyo
Baca = Baco
Janda = Jando
Nama = Namo

2. Pengubahan –at menjadi –ek

Sebagian besar kata dalam bahasa Indonesia yang berakhiran –at berubah menjadi berakhiran –ek dalam bahasa Padang. Bunyikan –ek seperti mengucapkan “mbek” dalam kata “Lembek”.

Contoh:
1. Rapat = Rapek
2. Sarat = Sarek
3. Kawat = Kawek
4. Dapat = Dapek
5. Hambat = Hambek
6. Lambat = Lambek
7. Silat = Silek
8. Giat = Giek
9. Kuat = Kuek

Bedakan dengan contoh berikut:

1. Berat = Barek
2. Lebat = Labek
3. Tepat = Tapek
4. Penat = Panek
5. Merambat = Marambek
6. Keringat = Karingek

Perhatikan bahwa keenam contoh di atas tidak berubah menjadi “Berek”, “Lebek”, “Tepek”, “Penek” atau “Merembek”, melainkan “Barek”, “Labek”, “Dabek”, “Panek” dan “Marambek”. Suku kata pertama yang mengandung huruf E memang biasanya berubah menjadi A.

3. Pengubahan –as menjadi –eh

Contoh:
1. Panas = Paneh
2. Beras = Bareh
3. Gelas = Galeh

4. Pengubahan -ir menjadi –ia

Contoh:
1. Air = Aia
2. Alir = Alia
3. Cibir = Cibia
4. Pelintir = Palintia
5. Semir = Samia

5. Pengubahan –ur menjadi –ua.

Contoh:
1. Aur = Aua
2. Baur = Baua
3. Lebur = Labua
4. Tabur = Tabua

6. Pengubahan –ut menjadi –uik

Contoh:
1. Rambut = Rambuik
2. Laut = Lauik
3. Takut = Takuik
4. Kentut = Kantuik
5. Perut = Paruik
6. Ikut = Ikuik
7. Lembut = Lambuik
8. Rebut = Rabuik

7. Pengubahan –uk menjadi –uak

Contoh:
1. Keruk = Karuak
2. Beruk = Baruak
3. Buruk = Buruak

8. Pengubahan –uh menjadi –uah

Contoh:
1. Bunuh = Bunuah
2. Tujuh = Tujuah
3. Peluh = Paluah

9. Pengubahan –us menjadi –uih

Contoh:
1. Putus = Putuih
2. Halus = Haluih
3. Kurus = Kuruih

10. Pengubahan –ung menjadi –uang

Contoh:
1. Bingung = Binguang
2. Panggung = Pangguang
3. Hidung = Hiduang

11. Pengubahan –ih menjadi –iah
Contoh:
1. Lebih = Labiah
2. Pedih = Padiah
3. Letih = Latiah

12. Pengubahan –ing menjadi –iang.

Contoh:
1. Keling (hitam) = Kaliang
2. Pening = Paniang
3. Kucing = Kuciang

13. Pengubahan –il menjadi –ia

Contoh:
1. Ganjil = Ganjia
2. Bedil = Badia
3. Sambil = Sambia

14. Pengubahan –is menjadi –ih

Contoh:
1. Gadis = Gadih
2. Manis = Manih
3. Menangis = Manangih

15. Pengubahan -ap menjadi -ok

Contoh:
1. Gelap = Galok
2. Suap = Suok
3. Lelap = Lalok (tidur)

Tidak mutlak semua kata bisa diubah sesuai rumus diatas. Sejatinya, pengubahan akhiran pada kata-kata tersebut tidak perlu dihafalkan. Logat Padang bisa serta-merta Anda kuasai tanpa menghafal kalau Anda terbiasa berlatih dan berkomunikasi dengan bahasa ini.

KALIMAT NEGATIF

Kalimat negatif dalam bahasa Padang memiliki pola yang mirip dengan kalimat negatif dalam bahasa Perancis. Mungkin juga ada bahasa lain di dunia ini yang memiliki pola sama. Sejauh ini, karena kebetulan saya sedang mempelajari bahasa Perancis, so this is the one I clearly know.

Pola kalimat negatif dalam bahasa Perancis: Subjek + ne + Kata Kerja + pas + Objek / Pelengkap.

Contoh:
Kalimat positif => Je suis étudiante (Saya seorang mahasiswa)
Kalimat negatif => Je ne suis pas étudiante (Saya bukan mahasiswa)

Pola dalam bahasa Padang: Subjek + indak + Kata Kerja + Objek / Pelengkap + do.

“Pas” dalam bahasa Perancis sama fungsinya dengan “Do” dalam bahasa Padang. Bedanya “Do” selalu diletakkan di akhir kalimat dalam bahasa Padang.

Contoh:
1. Iko lamak (ini enak) => Iko indak lamak do (ini tidak enak)
2. Awak suko bagarah (Aku suka becanda) => Awak ndak suko bagarah do (Aku tidak suka becanda)
3. Ndak ba a do (Tidak apa-apa)
4. Ndak ado lai do (Tidak ada lagi)

HURUF E

Orang Padang, seperti juga orang Melayu lainnya, agak sulit membedakan huruf E. Seperti yang kita ketahui, kita memiliki tiga jenis huruf E. Kalau dalam bahasa Perancis, ada tiga aksen untuk huruf E, yaitu accent éigu (é), accent grave (è) dan accent circonflexe (ê).

Dalam bahasa Indonesia, tiga E itu adalah:

1. E seperti mengucapkan “Ekor”
2. E seperti mengucapkan “Emas”
3. E seperti mengucapkan “Elektronik”

Nah, orang Padang sulit membedakan ketiga E ini, sehingga maklumi saja apabila suatu saat Anda mendengar orang Padang yang agak ganjil cara mengucapkan sesuatu yang mengandung huruf E. Seringkali mereka mengucapkan “me” dalam kata “Nasionalisme” seperti mengucap E pada kata “Ekor” atau mungkin “Elektronik”, padahal seharusnya ia harus diucapkan seperti melafalkan kata “Emas”. Et cetera.

KATA KOTOR

Sebaiknya Anda harus tau daftar kata-kata kotor, bukan cuma dalam bahasa Padang tapi juga dalam bahasa lainnya.

1. Pantek

Teman saya pernah mengeluhkan kata ini. Ada orang Padang di samping kamar kostnya yang sering meneriakkan kata “Pantek” terhadap istrinya dengan tingkat desibel yang cukup tinggi untuk mengganggu waktu bersantainya.

Apa sih arti “Pantek”? Saya sering berdebat mengenai hal ini dengan Alfian. Kalau ditanya, dia pasti akan menjawab itu tidak ada artinya dan memang lazim dipakai untuk meneriakkan kemarahan atau kekecewaan. Ada juga yang bilang “Pantek” adalah alat kelamin perempuan yang dipakai untuk berkata kotor.

Menurut saya, sesuai rumus yang saya jabarkan di atas, “Pantek” dalam bahasa Indonesia adalah “Pantat”. Entah pantatnya perempuan atau laki-laki, sama saja (saya pikir, pantat bukan monopoli perempuan saja). Dalam rumus saya, kata yang berakhiran –at akan berubah berakhiran –ek dalam bahasa Padang. Pendeknya, “Pantat” mau tak mau harus bermanuver menjadi “Pantek”. Itu saja. Tidak ada yang mampu mengubah pendirian saya.

Ada yang bilang “Pantek” itu kasusnya sama seperti kata “Asu” dalam bahasa Jawa. “Asu” adalah anjing dalam bahasa Jawa. Orang Jawa berteriak “Asu” untuk mengekspresikan kemarahan, bukan karena ingin memanggil anjing.

Ya sama saja toh, dia menyamakan hal yang membuatnya marah itu dengan anjing (yang memang ditakdirkan untuk menjadi objek penderita). Orang Padang pun menyamakan hal yang membuatnya marah dengan pantat (yang ditakdirkan menjadi bagian tubuh pertama yang merasakan imbas ekskresi manusia). Secara filosofis, tidak ada masalah dengan itu.

2. Kanciang

“Kanciang” tidak mengacu pada kata “Kancing”, karena orang Padang lebih suka memakai kata “buah baju” untuk menyebut kancing baju. “Kanciang”, exactly berarti “Kencing”.

3. Kantuik
“Kantuik” berarti “Kentut”. Hmm, worth it ...

4. Galadak
I don’t have any idea...

5. Nama-nama hewan yang lazim didzikirkan ketika sedang kesal.

KOSA KATA LAIN

Tidak semua kata dalam bahasa Indonesia yang bisa diubah sesuai yang saya rumuskan untuk menjadi kata dalam bahasa Padang. Ada kata lain yang memang harus dihafalkan kalau Anda memang ingin mempelajarinya.

Contoh:
1. Uang = Pitih
2. Perempuan = Padusi
3. Jangan = Jan
4. Beri = Agiah
5. Celana = Sarawak
6. Belum = Alun
7. Sudah = Alah
8. Saja = Se
9. Besar = Gadang
10. Dan masih sangat sangat banyak lainnya..

Orang Padang juga punya cara Padang sendiri yang terbawa saat ia berkomunikasi dalam bahasa Indonesia. Mungkin agak ganjil kalau Anda belum terbiasa. Contohnya, mereka sering menyebut kata “Bensin” dengan “Minyak”. Yang jelas prinsipnya sama saja ketika Anda ingin mempelajari sesuatu yang baru. Practice makes perfect!

Rabu, 20 Juli 2011

Kalimat Tidak baku beserta alasanya

1. Yang menjadi keheranan saya saat ini adalah kenapa setiap orang yang merasa "penting" selalu mengomentari tentang legalitas rekaman tersebut, bukan substansinya.
(Sumber :Majalah Afkaar edisi 74 september 2007 hal 53)
Penyebab : Kesalahan pemakaian bentuk transitif yang masih mempertahankan preposisi. Seharusnya, jika orang memakai verb yang transitif, janganlah menyertakan preposisi lagi.
Pembetulan : Yang menjadi keheranan saya saat ini adalah kenapa setiap orang yang merasa "penting" selalu mengomentari legalitas rekaman tersebut, bukan substansinya.

2. Tulisan-tulisan Bung Hatta yang selama ini berserakan berhasil dikumpulkan dalam sembilan jilid besar
(Sumber :Majalah Afkaar edisi 65 Januari 2007 hal 27)
Penyebab : Struktur kalimat tersebut rancu. Sebenarnya bentuk kalimat itu adalah kalimat pasif jika dilihat dari predikatnya dikumpulkan. Tetapi, karena disisipi predikat lain yaitu berhasil, kalimat tersebut tidak jelas, apakah pasif atau aktif.
Pembetulan : Tulisan-tulisan Bung Hatta yang selama ini berserakan dikumpulkan dalam sembilan jilid besar.

3. Sejak naiknya Megawati ke panggung politik, apalagi dengan jatuhnya Soeharto, telah mengembalikan nama Bung Karno ke permukaan.
(Sumber :Majalah Afkaar edisi 24 Mei 2003 hal 68)
Penyebab : Kalimat tersebut tidak memiliki subyek sehingga tidak jelas siapa yang mengembalikan nama Bung Karno ke permukaan karena ada kata depan ”sejak”.
Pembetulan : Naiknya Megawati ke panggung politik, apalagi dengan jatuhnya Soeharto, telah mengembalikan nama Bung Karno ke permukaan.

4. Pemikir lain barangkali hanya memikirkan soal kebangsaan saja.
(Sumber :Buser edisi 281 januari 2010 hal 12)
Penyebab : Terdapat bentuk pleonasme, yaitu kata-kata yang berlebihan maknanya.
Pembetulan : Naiknya Megawati ke panggung politik, apalagi dengan jatuhnya Soeharto, telah mengembalikan nama Bung Karno ke permukaan.
 
5. Mereka anggap semua pengeluaran ini sebagai infak di jalan Allah yang pahalanya tak ketulungan.
(Sumber :Majalah Hiyatullah mei 2007 hal 72)
Penyebab : Pemilihan kata tak ketulungan yang tidak tepat, yakni mempunyai makna negatif “tidak tertolong” (Bahasa Jawa) dan makna positif “besar sekali”.
Pembetulan : Mereka anggap semua pengeluaran ini sebagai infak di jalan Allah yang pahalanya besar sekali.
 
6. Beban keamanan Israel pun juga diletakkan di bahu Arafat.
(Sumber :Majalah Hidayatullah mei 2007 hal 62)
Penyebab : Terdapat bentuk pleonasme, yaitu kata-kata yang berlebihan maknanya.
Pembetulan : Beban keamanan Israel pun diletakkan di bahu Arafat.

7. Apa saja yang kudu kamu lakukan ‘tuk mendukung ini.
(Sumber :Tabloid Mission edisi IX/Th.3 April 2010 hal 2)
Penyebab : Terdapat kata-kata yang tidak baku atau tidak sesuai dengan EYD.
Pembetulan : Apa saja yang harus kamu lakukan untuk mendukung ini.

8. Mr. J.H Abendanon mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada para teman-temannya di Eropa.
(Sumber :Tabloid Mission edisi IX/Th.3 April 2010 hal 6)
Penyebab : Terdapat Tautologi (gejala penumpukan kata pada kalimat.
Pembetulan : Mr. J.H Abendanon mengumpulkan dan membukukan surat-surat yang pernah dikirimkan R.A Kartini pada teman-temannya di Eropa.
 
9. Pukul 06.00 tepat tehnical meeting dilaksanakan di kantor Radar Jalan Brawijaya Kediri.
(Sumber :Tabloid Mission edisi IX/Th.3 April 2010 hal 11)
Penyebab : Penggunaan frase tansisi yang berlebihan.
Pembetulan : Pukul 06.00 tehnical meeting dilaksanakan di Kantor Radar Jalan Brawijaya Kediri.

10. Kita semua yang mengaku umat dan pengikut-Nya ternyata tetap saja kelabakan untuk dapat memenuhinya.
(Sumber :Majalah POSMO edisi 450 19 Desember 2007 hal 20)
Penyebab : Penggunaan kata baku pada kalimat.
Pembetulan : Kita semua yang mengaku umat dan pengikut-Nya ternyata tetap saja kesulitan untuk dapat memenuhinya.

11. Para santri di Pomosda memperluas ilmunya dengan mengikuti pengajian rutin setiap hari senin dan kamis.
(Sumber :Majalah POSMO edisi 450 19 Desember 2007 hal 25)
Penyebab : Penggunaan kata yang mengandung keambiguan pada kalimat.
Pembetulan : Para santri di Pomosda menambah ilmunya dengan mengikuti pengajian rutin setiap hari senin dan kamis.
 
12. Syafiq salah satu peserta yang sempat kami wawancarai merasa senang, gembira dan bangga bisa ikut serta LDKS ini.
(Sumber :Tabloid Mission edisi IX/Th.3 April 2010 hal 11)
Penyebab : Penggunaan kata yang mengandung keambiguan pada kalimat.
Pembetulan : Para santri di Pomosda menambah ilmunya dengan mengikuti pengajian rutin setiap hari senin dan kamis.

13. Dalam memperingati hari jadi Kota Nganjuk tahun ini banyak sekali diselenggarakan acara-acara seremonial.
(Sumber :Tabloid Mission edisi IX/Th.3 April 2010 hal 10)
Penyebab : Kalimat tidak efektif karena terdapat tautologi pada kalimat.
Pembetulan : Dalam memperingati hari jadi Kota Nganjuk tahun ini banyak sekali diselenggarakan acara seremonial.
 
14. Sedangkan pada tingkat SMA dan SMP semua siswa-siswa wajib tinggal di asrama guna mengoptimalkan terhadap Visi dan Misi Pomosda.
(Sumber :Majalah Afkaar edisi 74 September 2001 hal 15)
Penyebab : Kalimat tidak efektif karena terdapat tautologi pada kalimat.
Pembetulan : Sedangkan pada tingkat SMA dan SMP semua siswa wajib tinggal di asrama guna mengoptimalkan terhadap Visi dan Misi Pomosda.

15. Mereka mengambil botol air dari dapur yang menurut pemeriksaan laboratorium berisi cairan racun.
(Sumber :Majalah Afkaar edisi 74 September 2001 hal 35)
Penyebab : Kerancuaan pada kalimat “apakah yang berisi cairan racun itu dapur atau botol air”.
Pembetulan : Dari (dalam) dapur mereka mengambil botol bir yang menurut pemerikasaan laboratoium berisi cairan racun.
 
16. Polisi menengarai bahwa penyebaran penggunaan narkoba saat ini telah merambah ke anak-anak SD.
(Sumber :Jawa Pos 10 Desember 2009 hal )
Penyebab : Terdapat kata-kata dari Bahasa Jawa.
Pembetulan : Polisi menjelaskan bahwa penyebaran penggunaan narkoba saat ini telah merambah ke anak-anak SD.
 
17. Dari peristiwa itu perlu mendapat perhatian dari berbagai fihak
(Sumber : Tabloid Mission edisi IX/Th.3 April 2010 hal 3 )
Penyebab : Kalimatnya tidak mempunyai subjek dan terdapat kata yang tidak baku
Pembetulan : Peristiwa itu perlu mendapat perhatian dari berbagai pihak.

18. Upacara pembukaan seminar di Pomosda dihadiri para pejabat-pejabat negara dan tokoh-tokoh masyarakat
(Sumber : Majalah Afkaar Januari 2010 hal 15)
Penyebab : Kalimat tidak efektif karena terdapat tautologi pada kalimat.
Pembetulan : Upacara pembukaan seminar itu, yang pertama kali diadakan di kota Semarang, dihadiri para pejabat negara dan tokoh masyarakat
 
19. Penyuluh menerangkan cara beternak ayam baru kepada para petani.
(Sumber : Majalah Afkaar Januari 2010 hal 5)
Penyebab : Mengandung tafsiran ganda (ambigu) pada kalimat “Ayam baru atau Cara baru”
Pembetulan : Penyuluh menerangkan cara baru beternak ayam kepada para petani.
 
20. Depresi ekonomi bukan hanya dirasakan oleh kaum pribumi lapisan bawah, tetapi juga dirasakan oleh kelompok elite pribumi.
(Sumber : Buser edisi 281 Januari 2010 hal 5)
Penyebab : Kurang ekonomis pemakaian kata pada kalimat
Pembetulan : Depresi ekonomi dirasakan oleh kaum pribumi lapisan bawah dan kelompok elite.
 



Minggu, 10 Juli 2011

Mengelola Kinerja dengan Penilaian 360 Degree

Mengelola kinerja karyawan agar selalu tersaji prestasi yang bagus mungkin sebuah lelakon yang kudu dijalani dengan penuh kesungguhan. Disitu terbentang sebuah arena dimana benih-benih kinerja yang cemerlang selalu di-pahat. 
 Disitu pula terbentang sebuah proses dimana kinerja dan kompetensi yang kurang mak nyus dibedah dan dipetakan solusi-nya.
Itulah kenapa ritual employee performance appraisal tahunan (atau semesteran) mestinya menjadi sebuah ritus yang dilakoni dengan bekal kecerdasan dan komitmen. Namun sayang, di banyak tempat, proses pengelolaan dan penilaian kinerja itu tak dijalankan dengan elok, dan akhirnya nyungsep hanya menjadi sekedar formalitas belaka.
Salah satu masalah yang acap muncul dalam proses performance appraisal adalah karena penilaian hanya dilakukan oleh atasan karyawan saja. Risikonya adalah jika sang atasan melakukan semacam “judgemental error” dalam penilaiannya, maka masa depan karir bawahannya bisa tenggelam dalam lorong panjang ketidakpastian. Read the rest of this entry »

Empat Pilihan Investasi Top Untuk Masa Depan Yang Sejahtera

Meracik persiapan guna menata masa depan yang sejahtera barangkali merupakan lelakon yang kudu disuntuki. Kelak kita pasti akan berkeluarga.
Dan kelak anak-anak kita pasti juga akan membutuhkan biaya hidup dan biaya pendidikan yang tidak sedikit. Tanpa persiapan finansial yang solid, kita mungkin bisa mencederai amanah untuk membimbing anak-anak kita dalam menata kehidupannya.
Nah, salah satu persiapan yang bisa diracik adalah melakukan kegiatan investasi secara pas. Tentu saja syaratnya adalah : kita mempunyai tabungan yang memadai untuk di-investasikan. Kalau tidak ada sisa tabungan, atau malahan setiap bulan tekor, yah lalu apa dong yang mau di-investasikan? Cuma sekeping ilusi?
Oke, semangat. Saya yakin Anda semua pasti punya tabungan yang cukup memadai untuk di-investasikan. Kalau begitu, berikut empat alternatif pilihan investasi yang layak dipertimbangkan. Read the rest of this entry »

Sabtu, 09 Juli 2011

ICW Minta Laporan Keuangan Partai Dibuka

Jakarta, CyberNews. Indonesia Corruption Watch (ICW) meminta agar informasi atas lampiran keuangan partai politik yang kini ada di DPR dibuka. Menurut Peneliti Divisi Korupsi Politik ICW Apung Widadi, hal ini dilakukan untuk mendorong keterbukaan dalam pengelolaan dana partai.

“Kami telah mengirimkan surat permintaan informasi kepada sembilan partai politik yang mendapatkan kursi di legislatif  yaitu Partai Demokrat, Partai Golongan Karya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan, Partai Amanat Nasional, Partai  Kebangkitan Bangsa, Partai Keadilan Sejahtera, Partai Gerakan Indonesia Raya, Partai Hati Nurani Rakyat. Surat ditujukan kepada Sekretaris Jenderal melalui sekretariat di Jakarta, pada Selasa (28/6),” kata Apung kepada Suara Merdeka CyberNews, Rabu (29/6).

Dia mengatakan, berbagai praktek korupsi yang menjerat politisi seperti kasus pembangunan wisma atlet Sea Games Palembang di Kemenpora, proyek di PMPTK Kemendiknas, dan alat kesehatan di Kemenkes, diduga merupakan bagian dari perburuan rente partai politik.
Proyek-proyek dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) merupakan sasaran utama korupsi. Padahal partai telah mendapat subsidi dari APBN.

“Dengan permintaan informasi ini, harapannya dapat membongkar ketertutupan partai politik sehingga informasi laporan keuangannya bisa diakses oleh publik sebagai konstituen,” ujarnya.
Di sisi lain, kata Apung, hal ini juga merupakan uji komitmen parpol untuk terbuka dalam hal pendanaan keuangan. Keterbukaan itu penting, karena menurutnya, selama ini pusat terjadinya korupsi politik bermula dari ketertutupan dana politik.

Lebih lanjut Apung mengatakan, sesuai dengan UU KIP, dalam jangka waktu sepuluh hari kerja sejak diterimanya permohonan informasi itu, partai politik wajib memberikan jawaban.
“Jika tidak, maka kami akan mengajukan keberatan kepada Pejabat Pengelola Informasi dan Dokumentasi (PPID); dan jika tidak dipenuhi pula, maka sesuai UU KIP, adalah keberatan atau gugatan ke Komisi Informasi,” tegas Apung.
( Mahendra Bungalan / CN33 / JBSM )

About Me

Foto Saya
CeciiL Information
nama : mega ayu sisilya npm : 08.1.02.03722
Lihat profil lengkapku
 
CeciL BLog's© Diseñado por: Compartidisimo